Monday, February 25, 2019
MITOS DIBALIK KEINDAHAN TAMAN IR. H. DJUANDA YANG TERNYATA....
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan tanaman yang terletak di kota Bandung, Indonesia. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya.
Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Diatas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru d sekitar 10ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemda Provinsi Jawa Barat.
Selain memiliki keindahan alam dan suasana yang sejuk, Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Bandung juga dikenal dengan keberadaan Goa Jepang dan Goa Belanda. Tahura Djuanda merupakan sebuah hutan kota yang berada diketinggian 800 hingga 1350 meter diatas permukaan laut. Jadi, tempat ini cocok untuk menikmati udara sejuk dan juga sambil melihat peninggalan sejarah, yaitu dari masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Asal nama Goa Belanda karena dulu didirikan oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1912. Pembangunan goa ini dilu bertujuan sebagai terowongan penyadapan aliran sungai Cikapundung. Goa ini pun juga digunakan sebagai fasilitas militer dan untuk stasion telekomunikasi. Goa Belanda memiliki 15 lorong dengan 2 pintu masuk setinggi 3,2 meter. Total panjang lorongnya mencapai 547 meter dengan luas 0,6 hektar. Area lokasinya yang terlindungi, namun tetap dekat dengan pusat kota Bandung.
Goa satunya lagi, yaitu Goa Jepang pada tahun 1942. Goa ini dibangun untuk keperluan militer, yaitu sebagai barak dan tempat perlindungan. Ukuran Goa Jepang ini lebih kecil daripada Goa Belanda, dengan panjang lorong yang kurang lebih 70 meter. Untuk pembangunan goa ini, Jepang menggunakan tenaga Romusha, tenaga kerja paksa selama masa penjajahan Jepang, sehingga banyak korban yang berjatuhan.
Kedua goa ini disebut sebut memiliki kisah seram dengan cerita yang beredar di masyarakat. Konon, kita dilarang menyebut kata "lada" disini, bisa terjadi kejadian yang mistis. Ada pula yang menceritakan kalau orang yang menyebutkan kata itu akan sial atau bahkan kerasukan. Berdasarkan kisah warga setempat, kata lada itu merupakan sebutan atau nama dari seorang tokoh masyarakat atau leluhur yang dihormati disana, sehingga namanya disakralkan oleh warga setempat. Bahkan diceritakan juga kalau kita bisa melihat penampakan hantu prajurit zaman dulu disini. Ditempat ini tidak hanya jatuh korban dari pihak romusha saja karena juga menjadi tempat tahanan bagi tentara Belanda pada saat Jepang menguasai Indonesia.
Terlepas dari kisah mistis dibaliknya, Tahura Djuanda merupakan kompleks taman hutan yang luas, yaitu sebesar 590 hektar yang cocok untuk dikunjungi untuk menikmati suasana alam yang lengkap dengan pohon-pohon rindang. Tahura menyatu dengan Maribayab yang terletak di Lembang, sehingga kita bisa mencapai tempat ini dengan trekking dengan jarak kurang lebih 6km.
Berbagai objek wisata bisa kita kunjungi ditempat ini disamping Goa Jepang dan Goa Belanda, antara lain curug (air terjun) Dago, Curig Omas, Curug Lalay, penangkaran rusa, meuseum, dll. Pastikan kita tetap menjaga kebersihan saat berada ditempat ini dengan tidak membuang sampah sembarangan, membuat tanaman, atau bahkan mencoret coret peninggalan sejarah.
Sumber tulisan: google.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Syed Moiz Balkhi Lompat ke navigasi Lompat ke pencarian Syed Moiz Balkhi Terlahir Karachi , Pakistan Alma mater Universit...
-
Sejarah MYOB MYOB merupakan program computer akuntansi ( accounting software ),MYOB dimulai di Australia pada tahun 1991 dan me...
-
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan tanaman yang terletak di k...
No comments:
Post a Comment